loading...

Senin, 05 Februari 2018

“Penting Gak Gue Sama Lu”, Kisah Politikus Dan Jalan Becek


Dikisahkan disebuah dusun terpencil disebuah desa yang cukup luas, ada sebuah jalan yang menghubungkan desa dengan desa tetangga. Jalan ini juga mengitari dusun secara menyeluruh. Lokasinya yang berada jauh dari jantung dusun membuatnya tak mendapat perhatian yang serius. Kondisinya menyedihkan. Selalu becek tiap musim hujan dan berdebu saat musim kemarau. Batu dan kerikil lepas siap menjatuhkan pengendara motor yang melamun mengingat kenangan bersama mantan.

Sebenarnya ada program betonisasi yang sudah masuk ke pelosok-pelosok, namun entah kenapa jalan ini belum mendapat jatah. Padahal jalan di jantung dusun yang terbilang sudah cukup bagus mendapat polesan lagi. Sudah diaspal dan masih cukup layak eh malah dapat polesan beton lagi, kan bikin ngiri.

Pernah dalam suasana pemilihan pemimpin yang sering disebut sebagai pesta rakyat, ada antek-antek politikus masuk dusun. Janjinya sih bakal ngasih bantuan buat si jalan biar makin mulus. Katanya bakal dimasukin dalam program dan masyarakat diminta tenang. Tapi yah gitu, udah kepilih si jalan masih becek. Untung aja rakyatnya baik-baik dan mau ngurusin si jalan, ya seenggaknya dibenerinlah meski seadanya aja.
Suatu hari disaat ada kericuhan lagi diranah perpolitikan, seorang politikus masuk lagi. Disitu si  jalan mulai berharap dan harapannya makin terasa bakal jadi nyata ketika antek-antek politikus melakukan pengukuran jalan. Semoga saja tak kena PHP lagi.

“hay pak politikus, kali ini benar kan saya bakal di betonin? Kasian lo pengguna saya disini. Mereka harus selalu berurusan dengan lumpur saat musim hujan, saya menjadi sangat licin dan berbahaya. Apalagi kalau yang melintas adalah mereka yang jomblo dan masih terjebak dalam kenangan bersama mantan, sering ngelamun dan kepleset.” Terang jalan kepada sang politikus

“tenanglah wahai jalan, saat aku menjadi pemimpin nanti, kau akan menjadi bagus, cemerlang bersinar dan siap menopang para jomblo yang terjebak kenangan mantan itu. Kau akan menjadi idola untuk mereka. Tapi bersabarlah sedikit, aku berjanji kau pasti akan menjadi lebih baik”, jawab politikus dengan gagahnya.

“terimakasih wahai politikus. Aku sebenarnya tak mengapa jika becek, licin dan berdebu serta dipenuhi batu dan kerikil lepas, aku hanya kasian pada mereka yang melintasiku. Aku sendiri tak pernah mengeluh dengan keadaanku, tapi mereka begitu prustasi. Bahkan ada dari mereka yang sampai berkoar-koar di sosial media memperlihatkan keadaanku yang becek penuh lumpur. Ya walau hanya berkoar di sosmed saja sih pak sabil pamer motor, gak mau bener ngurusin saya”, kata jalan lagi menambah penjelasan tentang keadaannya.

“hahahaha.... tenanglah. Aku berjanji padamu wahai jalan yang terlantar. Tak akan lama lagi kamu akan jadi kebanggaan. Nanti kamu akan di posting lagi di sosmed  dengan caption yang beda dari biasanya. “akhirnya aku bisa melamun dan mengenang mantan dengan tenang”, itulah yang akan para jomblo katakan disosmed saat memposting tentang dirimu lagi. Jadi bersiaplah wahai jalan yang ditelantarkan”, begitulah mulut politikus berkata dengan meyakinkan sehingga si jalan menjadi tenang.

“baiklah pak politikus, saya percayakan keadaan saya pada bapak. Saya harap bapak segera merealisasikan janji bapak dan aspirasi para masyarakat disini”, tutup si jalan untuk perpisahannya dengan sang politikus. Politikus pun bergegas pergi setelah antek-anteknya selesai melakukan pengukuran jalan. Dalam perjalananya sang politikus menggerutu, “PENTING GAK GUE SAMA LU, GUE GAK PERNAH LEWAT SINI NGAPAIN GUE BENERIN LU, MENDING GUE BENERIN YANG DEKET RUMAH GUE BIAR MOBIL GUE JALANNYA MULUS”.

Akhirnya sang politikus benar terpilih menjadi pemimpin. Dalam masa jabatannya yang sudah enam bulan lebih, si jalan masih becek berlumpur saat musim hujan sampai-sampai abang-abang tukang bakso tak berani lagi melintasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar